Buletin Kajian Maret 2022
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ وَا خْتِلَا فِ الَّيْلِ وَا لنَّهَا رِ لَاٰ يٰتٍ لِّاُولِى الْاَ لْبَا بِ . الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَا مًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَا طِلًا ۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَا بَ النَّارِ
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah SWT) bagi orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah SWT sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka."
(QS. Ali 'Imran (3): 190-191)
Integrasi-Interkoneksi Pemikiran Filsafat Al-Kindi
Siapa yang tidak kenal dengan Al-Kindi?, beliau adalah sosok filsuf pertama dari kalangan Islam sekaligus penggerak filsafat Arab. Tidak heran jika beliau sering disebut sebagai The Great Arab Philosopher. Semasa hidupnya, Al-Kindi dikenal sebagai penerjemah karya-karya filsuf Yunani ke bahasa Arab sehingga banyak sekali karya-karya yang telah dilahirkan beliau.
Melansir Stanford Encyclopedia, salah satu karya yang paling penting dan terkenal adalah On First Philosophy atau yang lebih dikenal dengan filsafat pertama. Karya tersebut membahas tentang Tuhan, Al-Kindi menyatakan bahwa Tuhan merupakan penyebab dari semua kebenaran, yang maksudnya bahwa Tuhan merupakan penyebab semua makhluk dan alam. Jadi, alam semesta yang didiami semua makhluk ini merupakan hasil penciptaan Tuhan. Tuhanlah yang mengendalikan dan memfasilitasi ketersediaan di alam. Sedangkan wujud pengendali alam (Tuhan) tidak akan mungkin sama dengan yang dikendalikannya. Oleh karena itu, pengendali bukanlah wujud yang diciptakan atau yang dikendalikan.
Dengan pemikiran filsafat beliau tersebut, menjadikan Al-Kindi sebagai filosof Islam pertama yang dapat menggabungkan antara keilmuwan (Sains) dan keagamaan (Islam). Pada zaman sekarang lebih dikenal dengan “Integrasi-Interkoneksi” yang sedang digaungkan oleh UIN Sunan Kalijaga. Beliau dapat merefleksikan doktrin-doktrin yang diperolehnya dari sumber-sumber Yunani klasik dan warisan Neo-Platonis yang dipadukan dengan keyakinan agama yang dianutnya, yaitu Islam. Hanya saja, proses pemaduan agama dan keilmuwan tidak mungkin terlaksana tanpa mengakui keberadaan alat kerja agama dan keilmuwan yang sama. Dalam hal ini memerlukan Akal (rasionalitas) sebagai alat untuk memahami ajaran agama dan juga keilmuwan. Selain itu, terkait pengetahuan tentang Tuhan tidak selamanya dapat diprakarsai oleh akal sehingga hanya dapat diyakini dengan segenap hati. Dari sini kelihatan betapa diutamakannya prinsip keseimbangan antara akal dan hati atau antara rasio dan iman dalam filsafat Al-Kindi.
Selain itu, ada banyak sekali penemuan yang telah ditemukan, ternyata sudah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an. Salah satunya adalah penemuan fenomena api di dasar laut oleh Anatol Sbagovich dan Yuri Bagdanov. Yang sebernanya sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat At-Tur ayat 6, Allah telah menjelaskan bahwa di dalam laut terdapat tanah yang berisi api. Dari fenomena tersebut dapat membuktikan bahwa sesungguhnya keilmuwan mendukung dan memperkuat apa yang telah diajarkan dalam agama Islam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sejatinya antara agama dan keilmuwan tidak saling bertentangan, hanya saja pemahaman kita yang membuat hal tersebut bertentangan. Jika kita telaah dan analisis secara kritis, maka kita akan mendapatkan kesimpulan yang saling mendukung diantara agama dan keilmuwan. Hal tersebutlah yang digunakan dalam cara pandang Al-Kindi yang menempatkan agama diatas filsafat dan bertujuan untuk memperkuat agama.
Arista Yunia Dyah Puspita
Biologi/2020
Belajar Filsafat Haram Hukumnya?
Banyak isu beredar terkait haramnya belajar ilmu filsafat. Filsafat atau dalam istilah keilmuan islam disebut ilmu Mantiq adalah ilmu yang membahas tentang kaidah berpikir. Mereka yang menganggap mempelajari filsafat haram yaitu mereka yang salah mengartikan terkait perkataan Imam Syafi’i “Tidak ada sesuatu yang lebih aku benci daripada ilmu kalam”. Perkataan beliau merujuk pada kaum qadariyah dan nufat as-shifat (para penyangkal sifat-sifat Allah) dan beberapa alasan lainya yang kurang melibatkan kelogisan berpikir.
Belajar ilmu filsafat menjadi salah satu perangkat kritis untuk membaca gejala dan fenomena. Filsafat menuntun kita untuk berpikir kritis terhadap pikiran kita sendiri. Hal ini juga didukung salah satu ilmuwan muslim Al-Kindi yang mendakwahkan filsafat secara lembut. Al-Kindi mengatakan bahwasanya kaum muslim wajib menerima kebenaran dari manapun datangnya. Pernyataan tersebut sejajar dengan dalil Al-Qur’an dalam surat Ar-Rum:8, Al-A’raf:185, Al-Ghasiyah:17-20, Ali Imran:190-191, dan Al-Baqarah:164 terkait kesadaran masyarakat untuk berpikir dan menerima kebenaran.
Filsafat dapat digunakan untuk mengkaji sains, budaya, agama atau apapun selama objek kajiannya dapat dianggap ada. Jika kita menilik ke belakang Rasulullah SAW adalah manusia yang paling mementingkan ilmu pengetahuan. Banyak pengalaman Rasulullah SAW yang menjadi pesan tersirat kepada kaum muslim untuk peka terhadap pengembangan sains dan teknologi, yang tentunya berlandaskan tauhid, sesuai paradigma Al-Qur’an. .
Dengan keadaan zaman sekarang, dimana kebanyakan orang lebih menyukai hal-hal bermanfaat dengan tujuan yang logis dan menguntungkan daripada ilmu filsafat. Sementara mempelajari ilmu filsafat ini cukup penting, terutama bagi orang-orang yang memiliki kecerdasan yang memadai dan telah memiliki pemahaman yang cukup mengenai Al-Qur'an dan hadis.
Nirma Fadila
Matematika/2020