Heartfulness Momentum Maulid Rasulullah SAW
Oleh: Rivanna Nur Hamidah Anggota FKIST Angkatan BJ. Habibie, Prodi Matematika 2019
Hari ini adalah momentum peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Tidak terasa sudah kurang lebih 811 tahun dakwah Islam berjalan tanpa Rasulullah SAW. Seperti yang kita ketahui Rasulullah wafat pada tahun ke 632 Masehi. Teringat suatu kisah sebelum wafat, Anas bin Malik meriwayatkan, bahwa tatkala orang-orang Muslim sedang melaksanakan shalat subuh berjamaah pada hari Senin, sementara Abu Bakar menjadi imam, Rasulullah SAW tidak menampakkan diri kepada mereka. Beliau hanya menyibak tabir kamar ‘Aisyah dan memandangi mereka yang sedang berbaris dalam shaf-shaf shalat. Kemudian beliau tersenyum. Abu Bakar mundur ke belakang hendak berdiri sejajar dengan shaf, karena dia mengira Rasulullah SAW akan keluar menjadi imam. Anas menuturkan, orang-orang muslim bermaksud hendak menghentikan shalat karena merasa gembira dengan keadaan Rasulullah, namun beliau memberi isyarat dengan tangan agar mereka menyelesaikan shalat. Kemudian beliau masuk ke bilik dan menurunkan tabir.
Singkat cerita, malaikat maut menghampiri rasulullah SAW, kemudian beliau menanyakan keberadaan malaikat Jibril mengapa tidak menyertainya. Ketika Jibril datang, Rasulullah bertanya dengan suara yang lemah: “Ya Jibril, apakah hakku nanti dihadapan Allah?”, Jibril menjawab “pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu”. Jawaban Jibril tersebut masih membuat Rasulullah SAW cemas, beliau bertanya lagi “kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”, Jibril menjawab “jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku, ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya”.
Detik-detik wafatnya beliau, saat itu beliau mengaduh kesakitan, waktu itu Jibril berpaling, kemudian Rasulullah bertanya “wahai Jibril apakah kamu jijik melihatku?”, Jibril menjawab “Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal”. Sesaat kemudian terdengar rasulullah mengadu sakit yang tidak tertahankan lagi “Ya Rabb, dahsyatnya sakaratul maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku”, uap Rasulullah SAW. Bahkan di detik-detik terakhir beliau masih menyebutkan ummati, ummatii, ummatii, kemudian berakhirlah hidup manusia paling mulia Rasulullah SAW. Kepergian Rasulullah meninggalkan duka di seluruh semesta alam, namun Allah berfirman dalam suatu ayat yang artinya “Barangsiapa di antara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa di antara kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu Maha Hidup dan tidak meninggal”
Memaknai momentum peringatan maulid Nabi tahun ini, dimana kondisi kita masih ditengah-tengah pandemi Covid-19 dan menengok kembali betapa Rasulullah sangat mencintai umatnya, maka kita sebagai seorang muslim harus memiliki spirit dakwah ala Rasulullah. Menjadi seorang pemuda muslim saat ini bukanlah suatu hal yang mudah, bahkan ada sebuah perumpaan bahwa sepuluh pemuda muslim di masa Rasulullah sebanding dengan seorang pemuda di masa sekarang. Pemuda muslim di masa ini harus memiliki sikap resilience. Menurut kamus Webster, Resilience dipakai untuk menggambarkan sebuah sifat benda yang liat, kenyal, alot, seperti halnya bola karet yang bila ditekan, ditarik, didorong, atau dipukul akan memantul atau melenting ke bentuk awalnya dan keadaan awalnya. Pemuda muslim adalah pewaris para nabi, dan sebaik-baik teladan atas umat muslim adalah pada diri Rasulullah SAW.